Pengaruh Buruk Medsos terhadap kesehatan mental remaja
Ilustrasi medsos by : Pixabay

DuniaMaya- Media Sosial atau lebih dikenal dengan medsos sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang sulit dipisahkan.

Tidak hanya digunakan sebagai sarana komunikasi antar sesama, medsos juga digunakan untuk menyebarkan informasi secara cepat dan jangkauan yang luas.

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pew Research Center, media sosial hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial terutama bagi remaja.

Bava juga: Dampak Terlalu sering bermain game online bagi kesehatan

Di satu sisi, keberadaan media sosial sangat membantu bagi remaja dalam membangun kreativitas, mengembangkan keterampilan, meningkatkan pertemanan, berkomunikasi, mengejar minat, dan berbagi pikiran dan ide.

Namun di lain sisi, medsos juga memiliki pengaruh buruk yang sangat banyak bagi remaja. Terutama bagi kesehatan mental remaja. National Institute of Mental Health menjelaskan bahwa remaja dengan usia 18 - 25 tahun dapat terkena resiko penyakit mental lebih kuat.

Durasi memengaruhi tinggi atau tidaknya resiko terkena penyakit mental

Empat platfrom media sosial yang sangat dikenal di kalangan remaja adalah YouTube, Facebook, Instagram, dan WhatsApp. 

Berdasarkan survey yang dilakukan, rata-rata remaja menghabiskan 80% waktunya di youtube, 75% waktunya di Facebook dan Instagram, dan 65% waktunya di WhatsApp.

Survey yang telah dilakukan oleh Google web Index juga menyebutkan bahwa, rata-rata waktu yang digunakan oleh remaja usia 16 - 25 tahun untuk mengakses media sosial adalah 3 jam perhari ( tahun 2018).

Penelitian yang telah dituangkan dalam jurnal JAMA Psychiatry melaporkan bahwa, remaja yang menggunakan media sosial lebih dari 3 jam perhari akan memiliki resiko terkena gangguan mental sangat tinggi.

Baca juga: Bahaya minum soda saat perut kosong

Meskipun media sosial sangat berpengaruh baik dan menjadi bagian vital bagi para remaja. Penggunaan platform tersebut secara terus menerus juga memiliki dampak negatif yang tidak sedikit, terutama bagi kesehatan mental dan kesejahteraan pengguna muda.

Lalu, sebenarnya bagaimana penggunaan media sosial bisa mengganggu kesehatan remaja? 

Faktanya hal tersebut didasarkan oleh perlakuan buruk yang diterima oleh para remaja di media sosial, contohnya saja bullying dan lainnya. 

Survey Pew Research Center (AS) yang dilakukan pada tahun 2018 lalu untuk remaja yang berada di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa, satu dari enam remaja pernah terkena perlakuan buruk dari media sosial layaknya bullying atau yang lainnya.

Dimana perlakuan tersebut dapat di simpulkan sebagai berikut:

  • Panggilan nama (42%)
  • Penyebaran rumor palsu  (32%)
  • Menerima gambar eksplisit yang tidak diminta ( 25% )
  • Mendapatkan ancaman fisik (16%)

Hal yang membuat kondisi ini semakin buruk adalah ketika remaja menganggap hal-hal negatif adalah hal yang lumrah dan merupakan hanya menjadi "resiko" bermain media sosial.

Jika hal tersebut selalu saja dibenarkan dan dianggap lumrah, maka hal negatif yang lebih parah justru akan mudah terjadi.

Bahkan, bukan tidak mungkin bahwa remaja yang mendapat perlakuan penganiayaan online justru akan melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Menggunakan media sosial dengan cara yang cerdas merupakan satu hal yang dapat membentengi diri dari dampak negatif konsumsi media sosial terhadap kesehatan mental.

Menjaga kesehatan mental sembari bersosial media

Upaya paling utama untuk mencegah gangguan mental bagi para remaja adalah dengan cara mendidik remaja tentang bahaya yang dapat ditimbulkan dari sosial media. Cara lainnya yang efektif adalah memastikan penggunaan media sosial bagi remaja memiliki dampak positif bagi kesehatan mental remaja.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical Psychology menemukan bahwa para remaja yang membatasi dirinya dalam penggunaan media sosial sebanyak 10 menit perhari atau 1 jam perhari memiliki citra diri yang lebih positif dibandingkan dengan yang lainnya.

Para siswa yang mengurangi penggunaan media sosial hingga 30 menit perhari justru melaporkan bahwa mereka lebih sedikit merasakan depresi dan kesepian dibandingkan sebelum ia mengurangi waktu penggunaan media sosial.

Sebenarnya hal yang dapat merusak citra diri para remaja adalah penggunaan media sosial yang digunakan untuk membandingkan diri dan orang lain. Banyak perempuan merasakan penampilan nya lebih buruk saat melihat penampilan orang-orang di media sosial. Hal tersebut dikenal dengan istilah insecure atau tidak percaya diri.

Info kesehatan lainnya klik disini

Memastikan anak-anak menggunakan media sosial ke arah yang positif merupakan tantangan yang sangat besar bagi para orangtua jaman sekarang ini. Bahkan sering kali pola konsumsi media sosial anak-anak justru menyontoh kedua orangtuanya.

Jika orangtua lebih banyak menghabiskan waktunya didepan gadget dibandingkan dengan mengajak anak-anak nya bermain dan bersosialisasi, maka tidak menutup kemungkinan anak-anaknya pun akan hidup dalam dunia online.

Semoga sedikit informasi ini bermanfaat ya bagi kita semua. 

Untuk kritik dan saran harap lampirkan di komentar atau bisa hubungi saya melalui email  : adhari1712@gmail.comInstagram:@adhriirwn_ , atau facebook: Adhari Irawan.

Selalu jaga kesehatan kalian dan keluarga, semoga artikel ini bermanfaat. Ikuti terus blog ini agar mendapat info kesehatan lainnya. Terimakasih.


Referensi:

1. Uniiversity of Nevada, Reno. Diakses pada 2021. Impact of Social Media on Youth Mental Health: Statistics, Tips & Resources.

2. North Carolina Medical Journal. Diakses pada 2021. The Impact of Social Media on Youth Mental Health.